Sabtu, 09 Oktober 2010

Kayupuring - Gn Kendalisodo


Puncak Gn. Kendalisodo dari kejauhan
Minggu 26 September 2010, Adventure H3 Pekalongan mengadakan hash superlong. Kali ini kami mencoba track baru yaitu mendaki gunung Kendalisodo.
Berangkat hanya 10 orang karena sebagian dari anggota ikut hash di Yogyakarta, kami menggunakan 2 buah mobil menuju ke doro. Di peternakan Kurnia Alam doro milik pak Pur, mobil dititipkan. Kemudian kami menyewa 'doplak' menuju ke desa Kayupuring. Di Kayupuring setelah mendapatkan penunjuk jalan, kami memulai perjalanan, ketika itu jam menunjukkan angka 08.15.





Menuju Dusun Jimat

Track yang menantang


Wonder Women from Adventure H3
Inilah puncak Gn. Kendalisodo
The Real Adventure
Setelah berjalan sekitar 15 menit, kami mulai berbelok kekiri melalui jalan desa menuju ke dusun Jimat. Dari Jimat track mulai mendaki menuju ke desa Setipis. Track yang kami lalui adalah jalan berbatu yang menanjak. Di sini kami melalui area hutan dan pohon pinus, sesekali juga ada pohon kopi liar.
Semakin dekat menuju desa Glidigan, kemudian kami keluar dari jalan setapak dan menjumpai jalan aspal yang cukup baik.

Ternyata jalan ini pernah dilalui ketika hash dari Petungkriyono ke desa Telogo Hendro dan ke sibebek.
Sebelum sampai di desa Glidigan, penunjuk jalan kami mengarahkan langkah menuju jalan setapak yang awalnya tidak terlalu menanjak.
Beberapa saat kami berjalan dan track semakin lama semakin sulit. Akhirnya kami sampai di semacam kompleks pemakaman yang agak sedikit aneh. Konon disini ada makam Hanoman.
Dari kompleks pemakaman ini kemudian track mulai menanjak ekstrim. Lebar jalan hanya sekitar 30 an centimeter, disebelah kiri penuh semak belukar dan disebelah kanannya jurang yang sangat dalam. Track yang kami injak seakan bagian bawahnya kosong karena terasa empuk dan 'menthul-menthul'. Disini kami harus naik dengan berpegangan pada akar atau batu yang ada, karena jalanan naik sangat tinggi.
Beberapa kali kami harus istirahat dan foto dengan panorama alam yang indah namun mengerikan. Bahkan sdr. Aming sampai merasa 'keju' dan lututnya gemetaran.



Tempat orang "ngalap" berkah

Para Hasher yang lagi "ngalap" berkah
 Akhirnya kami sampai di suatu tempat yang terdapat batu besar. Menurut penunjuk jalan kami, tempat ini bisa untuk nyepi/tirakat/doa. Sayangnya penunjuk jalan kami hanya sanggup berjalan sampai disini saja dengan alasan puncak gunung Kendalisodo masih jauh. Berdasarkan pengamatan, mungkin menuju puncak masih ada sekitar 1-1,5 jam lagi namun hampir tidak ada jalan setapak.


Hhiii.... kakiku wis gemeetteerrrr.....

Setelah istirahat cukup, akhirnya kami turun gunung dengan melewati rute yang sama. Perjalanan turun bukan hal yang mudah kami lalui karena ketika naik juga kami lakukan dengan cukup sulit.
Sesampainya di jalan aspal, kami masih harus berjalan kaki hampir 1 jam untuk mencapai kecamatan Petungkriyono. Di Petungkriyono, kami istirahat sejenak sambil minum teh hangat di warung.
Tidak lama kemudian ada kendaraan 'doplak' yang menuju ke Doro dengan ongkos Rp. 10.000,- per orang. Sekitar pukul 5 sore, rombongan telah tiba kembali di Pekalongan.
Salam On-On!

Sabtu, 01 Mei 2010

Survey Lebak Barang - Kalibening


Hari jumat, 30 April 2010 saya dan Adhi berkesempatan melakukan survey. Survey jalur dari Lolong, Lebak Barang dan tembus ke Kalibening. Mungkin jalur ini belum ada yang mencobanya.
Berangkat dari Pekalongan sekitar pukul 07.00 dengan berboncengan motor, kami menuju ke desa Lolong dan dilanjutkan sampai ke Lebak Barang, sebuah kota kecamatan yang cukup besar dengan ketinggian sekitar 600 meter dpl. Di sini kami terlebih dahulu mampir di seorang kenalan sdr. Adhi, pak Wahyu namanya. Setelah berbincang-bincang cukup lama kemudian kami melanjutkan perjalanan. Sebelum itu, pak Wahyu juga memberi nomor HP seandainya kami terjadi sesuatu di jalan. Maklum perjalanan ke depan merupakan perjalanan yang cukup berat karena tanjakan terjal dan jalan yang berbatu-batu.
Pukul 09.00 kami mulai start dari kota Lebak Barang menuju ke arah selatan. Setelah melewati beberapa desa kecil, kami kemudian berbelok ke kanan. Jalanan yang tadinya beraspal mulai dari sini menjadi berbatu-batu dan menanjak. Awalnya kendaraan masih bisa dinaiki dengan berboncengan, namun baru beberapa ratus meter, jalanan semakin menanjak dan batu-batu semakin tidak teratur sehingga saya turun dari motor dan ikut mendorong dari belakang.
Kira-kira perjalanan 1,5 km jalanan menanjak semakin tajam, bahkan motor yang dikendarai Adhi tanpa berboncengan saja sampai hampir tidak kuat untuk menanjak.
Motor sempat mogok sekitar setengah jam karena kelebihan bensin dan 'masuk angin'. Kami terpaksa harus memperbaikinya dulu dengan membuang bensin dan 'angin' yang berlebihan di karburator.
Setelah berhasil dihidupkan, perjalanan dilanjutkan lagi dengan kondisi jalan yang tetap menanjak.
Akhirnya kami tiba di sebuah desa berketinggian sekitar 900 meter dpl. Di sini kami istirahat sejenak sambil berbincang dengan penduduk setempat. Menurut seorang penduduk, perjalanan ke depan akan semakin berat dan untuk mencapai pabrik teh Kaliboja masih harus menempuh perjalanan 3 km lagi.
Tapi tekad kami sudah bulat, untuk menyelesaikan survey ini. Kemudian kami berangkat lagi dengan posisi Adhi tetap mengendarai motornya sementara saya berjalan kaki. Saya merasakan walaupun saya berjalan di jalan bebatuan, namun kondisi alam sekitar sungguh indah dan udara sangat sejuk sehingga track yang terjal ini menjadi tidak terasa berat untuk dilalui. Altimeter yang saya bawa menunjukkan ketinggian 1100 meter dpl.
Mendekati puncak tertinggi dari apa yang harus kami lalui, jalanan agak landai namun batu-batu mulai menghilang dan berganti dengan tanah liat yang licin. Dari sini jalanan mulai menurun terus, namun saya lebih memilih untuk turun dan berjalan kaki karena motor yang dikendarai Adhi bisa terpeleset-peleset sendiri.
Setelah sampai di bawah kami bertemu sebuah desa lagi, dan dari desa ini sampai ke pabrik teh Kaliboja jalanan sangat bagus, kondisi udara di desa ini juga sangat nyaman dan segar. Akhirnya kami tiba di pabrik teh Kaliboja. Di sini kami berhenti sejenak untuk mencatat jarak perjalanan kami. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke kota Kalibening yang berjarak 4 km dari Kaliboja.
Dari catatan kami, perjalanan dari Lebak Barang sampai Kaliboja menempuh jarak 12 Km dan bila sampai ke Kalibening berarti 16 km.
Sebetulnya track ini sangat cocok untuk SUPER LONG dengan syarat tidak bawa mobil sendiri.

Senin, 01 Februari 2010

Jolotigo-Ganesha Adventure Run

Satu lagi track menantang telah dicoba oleh Adventure H3 Pekalongan. Kali ini kita melintasi 3 (tiga) run site medium, tetapi dijadikan satu track, menjadi Super Long Run.
Berkumpul di depan rumah Hash Master mulai pukul 05.00, selanjutnya kami sebanyak 20 orang hasher menuju ke desa Doro dan naik ke desa Jolotigo di sebelah bawah pabrik teh Jolotigo.
Dengan menggunakan 4 (empat) buah mobil, kami tiba dan parkir di halaman sekolah SD Negri. Setelah persiapan selesai. Pukul 07.00 para hasher mulai On-On.
Kami langsung dihadapkan pada track yang menanjak. Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, track mulai mendatar dan para hasher melewati pematang-pematang sawah yang tanahnya sangat gembur. Di sini sdri. Leny terpeleset dan masuk ke tengah sawah yang baru di tanahnya olah, karena terlalu liatnya sampai-sampai harus ditarik untuk dibangunkan. Setelah melewati pematang-pematang sawah yang cukup panjang, sampailah kami di desa Purbo. Ketika melewati desa ini, para penduduk sedang kebaktian di gereja Kristen jawa yang ada di desa ini.
Setelah para hasher berkumpul semua, kami melanjutkan jalan kembali. Disinilah track menantang mulai kami rasakan. Kami mulai memasuki wilayah hutan dan perjalanan terus menanjak menuju satu bukit di depan kami. Sampai di puncak bukit tersebut track langsung turun dengan curam. Sampai-sampai pak Pur terpeleset dan jatuh terduduk. Samar-samar mulai terdengar suara air yang cukup deras. Sesampai di bagian bawah, kami dihadapkan dengan sungai berbatu yang cukup deras airnya.
Para hasher sebagian besar melepas sepatu agar tidak basah, dan kami mulai menyeberangi sungai dengan hati-hati. Setelah semua menyeberangi sungai, kami semua beristirahat untuk makan bekal yang dibawa.
Selesai makan, perjalanan dilanjutkan lagi. Ternyata setelah berjalan menanjak, kami tiba di arca Ganesha dekat curug Ganesha di desa silurah. Berarti ini merupakan track medium ketiga yang telah kami lalui setelah sebelumnya melewati perkebunan Jolotigo, desa Purbo dan curug Ganesha. Di sini sebagian hasher ingin melihat ke curug, dan sebagian lagi melepas lelah di dekat arca Ganesha.
Setelah semuanya berkumpul, perjalanan dilanjutkan ke desa Silurah. Di desa ini kami menemui pak Kasim yang telah beberapa kali memandu kita, bila kebetulan run ke curug Ganesha. Di rumah bapak Kasim, kami disuguhi minuman teh gula jawa sambil melepas lelah. Beberapa hasher mulai terlihat kelelahan, seperti Asiong dan Risty seorang mahasiswi Unikal yang diajak oleh pak Pur.
Perjalanan pulang akhirnya dimulai, pak Kasim sempat memandu kita sampai kita mulai memasuki area hutan kembali. Track terus menurun cukup curam, namun disini kami sempat nyasar sehingga diputuskan untuk naik kembali. Setelah bertemu dengan jalan setapak lain, kami mulai turun lagi. Terus turun sampai akhirnya tiba di sungai yang sebelumnya telah diseberangi namun dari sisi yang berbeda. Kembali sebagian hasher mencopot sepatu agar tidak basah dan menyeberangi sungai dengan hati-hati.
Sesampai di seberang, sepatu dipakai lagi. Namun sdr. Thay Ran menyempatkan diri untuk mandi di sungai yang airnya jernih ini. Ada 4 orang yang menunggu terakhir di sini. Setelah siap, kami berangkat. Namun ternyata rombongan depan sudah cukup jauh meninggalkan kami padahal rombongan depan dan pemandu tidak membawa kertas tabur.
Kami berempat sempat kebingungan mencari jalan karena ada dua jalan, yang satu belok kekanan menyeberangi sungai kecil, dan yang lain lurus dan naik. Setelah sempat marah2 akhirnya kami berempat memutuskan berbelok ke kanan menyeberangi sungai kecil dan mengikuti saluran irigasi.
Di perjalanan ini kembali track menantang kami lalui, sebelah kiri ada air irigasi, sebelah kanan menganga jurang yang sangat dalam yang rimbun dengan semak belukarnya. Dengan hati-hati kami berjalan di bagian atasnya karena tanah cukup licin. Setelah beberapa saat berjalan, kami bertemu dengan pepohonan bambu yang menutupi jalan. Akhirnya kami semua masuk ke saluran irigasi tersebut dan berjalan di air. Sepatu yang sebelumnya dicoba diselamatkan dari basah akhirnya harus basah juga.
Sungguh pengalaman yang langka berjalan di air irigasi yang cukup deras di tengah-tengah rimbunnya hutan belantara. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami rombongan bagian belakang mendengar suara para hasher lain yang ternyata juga kebingungan menunggu kami.
Dari sini kami keluar dari saluran irigasi dan berjalan menanjak menuju ke suatu bukit. Perjalanan yang sangat melelahkan ini akhirnya sampai di puncak bukit, dan track mulai turun kembali. Disini mulai terdengar suara-suara sapi dan anjing yang menggonggong. Setelah turun selama beberapa puluh menit, akhirnya kami sampai kembali di desa Purbo dari arah yang berbeda.
Tanpa beristirahat lagi perjalanan dilanjutkan ke desa Jolotigo, kurang lebih 1 jam perjalanan. Disini kami melalui jalan desa berbatu yang cukup lebar, namun karena sudah mulai kelelahan kami berjalan semakin lambat.
Akhirnya pukul 15.30, semua hasher berhasil sampai kembali di halaman sekolah tempat mobil diparkir. Kami semua beristirahat sejenak sambil makan buah manggis dan pisang sebelum akhirnya kembali ke Pekalongan. Kami telah berjalan selama 8,5 (delapan setengah) jam dengan beberapa kali istirahat. Namun para hasher yang ikut kali ini memang para Adventure sejati.
Salam On-ON.