Minggu, 18 Januari 2015

Kram kaki saat berolahraga

Kram kaki adalah nyeri akibat spasme/kejang otot di kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras. Daerah yang paling sering kram adalah otot betis di bawah dan belakang lutut. Nyeri kram dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan keparahan bervariasi.
Kram kaki biasanya terjadi saat kita beristirahat, bahkan mungkin sedang tidur. Orang tua lebih sering terkena kram daripada orang muda.

Penyebab
Seorang ahli berpendapat bahwa kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk kontraksi. Ketika otot-otot kehabisan oksigen Anda akan cenderung mengalami kram.
Pada beberapa kasus, kram mungkin terjadi karena masalah atau kondisi lainnya, misalnya:
  • Beberapa jenis obat dapat memberikan efek samping berupa kram. Golongan obat ini antara lain: diuretik, nifedipine, cimetidine, salbutamol, statins, terbutaline, lithium, clofibrate, penicillamine, phenothiazines, dan nicotinic acid.
  • Otot yang kelelahan
  • Penggunaan otot yang berlebihan
  • Kurangnya elektrolit tubuh (Ca dan K) karena keluar melalui keringat
  • Penumpukan asam laktat ( hasil metabolisme di otot)
  • Terganggunya oksigenisasi jaringan otot akibat penyempitan arteri kaki yang menghambat sirkulasi darah ke jaringan otot.
  • Dehidrasi
  • Kelenjar tiroid yang kurang aktif


Penanganan
Gerakan pelemasan (stretching) dan pemijatan biasanya dapat meredakan serangan kram. Obat pengurang sakit biasanya tidak bermanfaat karena tidak cukup cepat bekerja. Namun, pengurang sakit seperti paracetamol mungkin bermanfaat meringankan nyeri dan lemas otot yang kadang masih berlangsung hingga 24 jam setelah hilangnya kram.

Mencegah Kram Otot Saat Latihan
Otot yang sehat sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami kram dibanding otot yang baru melakukan latihan dan otot yang tua serta rusak. Peregangan dan latihan secara teratur adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah kram otot karena akan memperpanjang serat otot dan dan meningkatkan kesehatan dan fleksibilitas otot Anda. Semakin Anda berlatih dari waktu ke waktu, semakin kecil kemungkinan Anda untuk mengalami kram otot.
Selalu minum dan melakukan peregangan sebelum, saat, dan setelah melakukan latihan agar Anda terbebas dari kram otot.
Konsumsi makanan yang kaya kalsium, potasium dan magnesium. Makan satu atau dua buah pisang sehari sudah cukup memenuhi kebutuhan potasium Anda.

Cerita pengalaman.
Sewaktu ikut gowes saya pernah mengalami kram dimana otot seperti tertarik dengan kencangnya, hingga berjalanpun susah. Waktu itu oleh beberapa rekan diberikan obat yang rasanya hangat mendekati panas seperti sa****as gel dan co*******in. Ketika dioles rasanya memang enak, rasa sakitnya terasa reda. Selain itu kaki saya diluruskan dan ditekan-tekan padahal rasanya sakit banget. Malam harinya sakit itu muncul lagi. Keesokan harinya ke dokter. Obat oles diberikan dengan bahan Diclofenac Sodium rasanya dingin.


Beberapa waktu kemudian saya coba olahraga ringan, ternyata kram itu muncul lagi. Bahkan rasa sakitnya sering muncul ketika malam dan saat pagi ketika dibawa jalan. Akhirnya ke dokter lagi dan diberikan obat oles yang sebelumnya diberikan dengan bahan Diclofenac Sodium dengan jumlah yang lebih banyak.
Setiap olahraga saya selalu oleskan obat tersebut dan Alhamdulillah tidak pernah kram. Lima bulan kemudian saya ikut event Explore n Fun Tour De Puncak Green Gowes Community 2013, baru hari pertama saya ikut kram langsung menyerang saya, hingga akhirnya hari pertama saya tidak bisa menyelesaikan gowes hingga finish.
Ketika kram, seorang marshallnya kasih tau jika kram kaki jangan diluruskan tapi ditekuk aja agar ototnya tidak ketarik. Kemudian jangan dioles dengan salep yang hangat-hangat seperti sa****as gel atau co*******in, memang saat dioles rasa nyeri akan reda, tapi itu bisa membuat kambuh atau sakit berulang. Yang harus diberikan adalah air es yang dingin. Tapi gak mungkinkan bawa es setiap olahraga, belum lagi ketika mencair. Makanya ada obat yang spray itu yang rasanya dingin kayak es. Coba lihat-lihat milik teman bahannya ternyata sama dengan obat oles yang diberikan oleh dokter yang memang saya bawa. Ada juga yang berbahan sangat dingin sekali yaitu Chlorethyl, tetapi sebaiknya konsul ke dokter dulu, siapa tau anda alergi dengan Chlorethyl.
Akhirnya saran marshall saya ikuti. Saya istirahatkan kaki, dibuat nyaman aja, kaki agak ditekuk, semprot dengan chlorethyl. Sempet nanya sama marshallnya juga, "Jika besok saya tidak merasakan sakit, apakah bisa ikut gowes? Ternyata jawbannya sesuai harapan. Boleh.. Tapi harus dicukupi nutrisi kalium, kalsium, natrium. Ternyata nutrisi tersebut berguna untuk mencegah kram. Cara paling mudah adalah konsumsi pisang. Akhirnya hari ke dua hingga hari terakhir saya gowes tanpa masalah kram.
Dari cerita diatas saya dapati berapa poin yang banyak berbeda dengan kebanyakan yang dilakukan selama ini.


  • Untuk mencegah kram saat berolahraga, sebaiknya cukupi asupan kalium, kalsium dan natrium.
  • Banyak minum air putih.
  • Jika sudah kram, kaki jangan diluruskan tapi dipijat dan ditekuk dan dibuat senyaman mungkin.
  • Jangan dioles dengan obat yang memberikan rasa hangat tapi berilah obat dengan rasa dingin atau es.
  • Makan pisang sebelum berolahraga bisa memberikan asupan kalium bagi tubuh.

Itulah beberapa cara mengatasi kram saat berolahrga. Mungkin caranya berlawanan dengan banyak metode yang ada. Tapi boleh dicoba. Siapa tau cocok. Saya sudah menerapkan. Mungkin anda juga?....


(Dipetik dari berbagai sumber)

Senin, 01 Agustus 2011

Gunung Rogojembangan

Gunung Rogojembangan bukan merupakan gunung berapi, dan mungkin lebih mirip bukit yang menjulang tinggi. Dengan ketinggian 2177 mt. dpl, Rogojembangan ini sudah masuk dalam peta dengan kategori gunung.
Bentuk gunung Rogojembangan tidak besar dan bisa dibilang kecil, namun dari bawah terlihat menjulang tinggi sehingga dapat dibayangkan track yang harus dilalui juga sangat curam.
Mengelilingi kaki gunung ini ada beberapa desa yang cukup besar yaitu: Gumelem, Semego, Balun dan Karang Tengah. Namun jalur pendakian yang paling sering dilalui adalah dari desa Gumelem. Penulis pernah melalui desa Semego.
Dari Pekalongan, para hasher yang berjumlah 22 orang, berangkat menggunakan bus mini menuju ke Doro sekitar Pk.05.30. Sampai di terminal Doro, kami sudah ditunggu "doplak" (Colt L300 bak terbuka) untuk melanjutkan perjalanan ke Petung Kriono. Sekitar Pk. 08.00 pagi kami sampai di Petung Kriono dan para hasher mendapat bekal nasi bungkus+ ayam goreng untuk di perjalanan. Dari Petung Kriono, perjalanan dilanjutkan menuju desa Gumelem. Selama perjalanan, pemandangan indah terhampar di depan mata kami. Ketika memasuki perbatasan Batang-Banjarnegara yang merupakan puncak jalan yang kami lalui, di depan terlihat sangat jelas Gunung Rogojembangan.

Dari desa gumelem kami memulai pendakian ke puncak dengan mengambil jalur yang agak landai. Disepanjang jalur ini tumbuhan dan semak belukar sangat lebat sehingga menyebabkan kaki dan tangan yang terbuka akan tergores dan terluka.
Track semakin menanjak sangat terjal sehingga beberapa dari kami harus dibantu untuk dapat menaikinya dan berpegangan pada batang pohon maupun akar yang cukup rapuh.
Setelah berjalan selama 2 jam, para hasher beristirahat, dan sebagian makan bekal nasi yang dibawa.
Pk. 11.00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak yang jaraknya sudah dekat. Dan Pk. 11.30, kami semua sampai di puncak gunung Rogojembangan. Puncak gunung ini tidak terlalu lebar, kira-kira hanya selebar lapangan batminton, berupa tanah yang datar dan tanpa tumbuhan. Pada sekitar tahun 80 an, puncak ini agak cekung ke dalam sehingga konon ini yang kemudian masyarakat menamai gunung ini Rogojembangan (Jambangan).


Setelah istirahat dan foto, kemudian para hasher mulai turun melalui jalur lain. Track ini sungguh-sungguh memiliki medan yang sangat curam. Kami harus turun dengan hati-hati dan berpegangan pada akar dan batang pohon, bahkan sebagian besar hasher jatuh tergelincir. Beruntung saat itu tidak hujan dan kondisi track kering.

Setelah turun dengan susah payah dan hati-hati, akhirnya sekitar Pk. 16.00 kami semua sampai kembali di desa Gumelem. Bus yang kami sewa sudah menunggu kedatangan kami untuk mengantar kami kembali ke Pekalongan.
On-On Adventure H3 Pekalongan.

Sabtu, 19 Maret 2011

Pendakian Gunung Ciremai

Luar biasa!!
Ini agaknya kata yang tepat untuk menggambarkan betapa luar biasanya track pendakian ke gunung Ciremai.
Awalnya kami cuma baca dibuku panduan dan di website saja. Kebetulan kami menemukan sebuah Even Organizer yang bisa menguruskan perijinan dan mencarikan porter.
Bayangan awal, kami akan melalui jalur pendakian Cisantana-Palutungan. Ternyata kami hanya diberi ijin pendakian melalui Linggasana, jalur yang sebelumnya tidak ada dalam website. Jalur ini hampir sama dengan yang dari Linggarjati dan merupakan track yang paling sulit namun paling dekat menuju Puncak.
Pendaki-pendaki muda umumnya melalui track ini dengan waktu tempuh sekitar 10 - 12 jam untuk sampai Puncak, namun kami harus menempuhnya hingga 14 jam. Pak Suryo adalah yang paling lemah kondisinya diantara kami.
Adventure Team
Ada 11 pos untuk sampai di puncak dan tiap pos harus ditempuh lebih dari 1 jam. Antara pos satu dan pos berikutnya rata-rata berjarak hanya 1 kilometer. Kami mulai melakukan pendakian tepat pukul 21.30 WIB
Dari Pos 1 menuju Pos 2 (Kondang Amis) track sudah langsung menanjak walau belum terlalu sulit. Di Pos Kondang Amis terdapat bangunan permanen yang dapat untuk beristirahat. Di Pos ini Adi terpaksa harus tinggal karena kondisinya yang kurang baik. Di Pos ini juga ada pertemuan jalur pendakian dari Linggarjati.
Capek
Kemudian bersama 1 orang porter kami melanjutkan pendakian menuju Pos 3 (Kuburan Kuda). Track pendakian mulai semakin tajam dan berbatu-batu. Sampai di Pos Kuburan Kuda kami istirahat sejenak. Kami sudah mulai basah kuyup oleh keringat.
Dari Pos Kuburan Kuda perjalanan dilanjutkan menuju Pos 4 (Pangalap). Track kali ini benar-benar cukup sulit untuk dilalui karena banyak sekali tempat-tempat dimana kami harus merangkak dan berpegangan pada akar-akar tanaman. Kondisi ini relatif sama ketika melewati Pos 5 (Tanjakan Seruni), Pos 6 (Bapa Tere).
Selewatnya Pos Bapa Tere menuju Pos 7 (Batu Lingga) ada jalur yang longsor karena ada pohon tumbang. Di tempat ini ada tali yang digunakan untuk membantu para pendaki untuk naik ke atas. Pijakan yang kami injak berupa tanah yang mudah gugur sehingga kami hanya mengandalkan pada seutas tali yang ada disitu. Benar-benar uji nyali!
Penunggu Gn. Ciremai
Selepas Pos Batu Lingga, track semakin menggila. Terkadang harus saling membantu dan menarik teman yang akan naik. Dari Pos Batu Lingga, track mulai berpasir menuju ke Pos 8 (Sangga Buana 1) dan hari mulai terang. Untuk mencapai Pos Sangga Buana 1 kami harus menempuh hampir 2 jam perjalanan. Tiba di Pos Sangga Buana 1 kami istirahat sejenak, kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos 9 (Sangga Buana 2).
Semangat kami semakin bangkit karena tinggal satu pos lagi yang harus kami lalui. Namun dari Pos Sangga Buana 2 ini track betul-betul sulit untuk dilalui. Kami harus membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk sampai di Pos 10 (Pangasinan).
Di Pos Pangasinan tertulis 800 meter lagi untuk sampai menuju Puncak namun kondisi jalur betul-betul LUAR BIASA sulit untuk dilalui. Bila digambarkan, mungkin ini lebih seperti Rock Climbing dibanding Hiking.
Tetap Ceria
Sejoli Adventure H3
Akhirnya 6 orang anggota Adventure H3 Pekalongan berhasil tiba di Puncak Gunung Ciremai pukul 11.30 WIB.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Kayupuring - Gn Kendalisodo


Puncak Gn. Kendalisodo dari kejauhan
Minggu 26 September 2010, Adventure H3 Pekalongan mengadakan hash superlong. Kali ini kami mencoba track baru yaitu mendaki gunung Kendalisodo.
Berangkat hanya 10 orang karena sebagian dari anggota ikut hash di Yogyakarta, kami menggunakan 2 buah mobil menuju ke doro. Di peternakan Kurnia Alam doro milik pak Pur, mobil dititipkan. Kemudian kami menyewa 'doplak' menuju ke desa Kayupuring. Di Kayupuring setelah mendapatkan penunjuk jalan, kami memulai perjalanan, ketika itu jam menunjukkan angka 08.15.





Menuju Dusun Jimat

Track yang menantang


Wonder Women from Adventure H3
Inilah puncak Gn. Kendalisodo
The Real Adventure
Setelah berjalan sekitar 15 menit, kami mulai berbelok kekiri melalui jalan desa menuju ke dusun Jimat. Dari Jimat track mulai mendaki menuju ke desa Setipis. Track yang kami lalui adalah jalan berbatu yang menanjak. Di sini kami melalui area hutan dan pohon pinus, sesekali juga ada pohon kopi liar.
Semakin dekat menuju desa Glidigan, kemudian kami keluar dari jalan setapak dan menjumpai jalan aspal yang cukup baik.

Ternyata jalan ini pernah dilalui ketika hash dari Petungkriyono ke desa Telogo Hendro dan ke sibebek.
Sebelum sampai di desa Glidigan, penunjuk jalan kami mengarahkan langkah menuju jalan setapak yang awalnya tidak terlalu menanjak.
Beberapa saat kami berjalan dan track semakin lama semakin sulit. Akhirnya kami sampai di semacam kompleks pemakaman yang agak sedikit aneh. Konon disini ada makam Hanoman.
Dari kompleks pemakaman ini kemudian track mulai menanjak ekstrim. Lebar jalan hanya sekitar 30 an centimeter, disebelah kiri penuh semak belukar dan disebelah kanannya jurang yang sangat dalam. Track yang kami injak seakan bagian bawahnya kosong karena terasa empuk dan 'menthul-menthul'. Disini kami harus naik dengan berpegangan pada akar atau batu yang ada, karena jalanan naik sangat tinggi.
Beberapa kali kami harus istirahat dan foto dengan panorama alam yang indah namun mengerikan. Bahkan sdr. Aming sampai merasa 'keju' dan lututnya gemetaran.



Tempat orang "ngalap" berkah

Para Hasher yang lagi "ngalap" berkah
 Akhirnya kami sampai di suatu tempat yang terdapat batu besar. Menurut penunjuk jalan kami, tempat ini bisa untuk nyepi/tirakat/doa. Sayangnya penunjuk jalan kami hanya sanggup berjalan sampai disini saja dengan alasan puncak gunung Kendalisodo masih jauh. Berdasarkan pengamatan, mungkin menuju puncak masih ada sekitar 1-1,5 jam lagi namun hampir tidak ada jalan setapak.


Hhiii.... kakiku wis gemeetteerrrr.....

Setelah istirahat cukup, akhirnya kami turun gunung dengan melewati rute yang sama. Perjalanan turun bukan hal yang mudah kami lalui karena ketika naik juga kami lakukan dengan cukup sulit.
Sesampainya di jalan aspal, kami masih harus berjalan kaki hampir 1 jam untuk mencapai kecamatan Petungkriyono. Di Petungkriyono, kami istirahat sejenak sambil minum teh hangat di warung.
Tidak lama kemudian ada kendaraan 'doplak' yang menuju ke Doro dengan ongkos Rp. 10.000,- per orang. Sekitar pukul 5 sore, rombongan telah tiba kembali di Pekalongan.
Salam On-On!

Sabtu, 01 Mei 2010

Survey Lebak Barang - Kalibening


Hari jumat, 30 April 2010 saya dan Adhi berkesempatan melakukan survey. Survey jalur dari Lolong, Lebak Barang dan tembus ke Kalibening. Mungkin jalur ini belum ada yang mencobanya.
Berangkat dari Pekalongan sekitar pukul 07.00 dengan berboncengan motor, kami menuju ke desa Lolong dan dilanjutkan sampai ke Lebak Barang, sebuah kota kecamatan yang cukup besar dengan ketinggian sekitar 600 meter dpl. Di sini kami terlebih dahulu mampir di seorang kenalan sdr. Adhi, pak Wahyu namanya. Setelah berbincang-bincang cukup lama kemudian kami melanjutkan perjalanan. Sebelum itu, pak Wahyu juga memberi nomor HP seandainya kami terjadi sesuatu di jalan. Maklum perjalanan ke depan merupakan perjalanan yang cukup berat karena tanjakan terjal dan jalan yang berbatu-batu.
Pukul 09.00 kami mulai start dari kota Lebak Barang menuju ke arah selatan. Setelah melewati beberapa desa kecil, kami kemudian berbelok ke kanan. Jalanan yang tadinya beraspal mulai dari sini menjadi berbatu-batu dan menanjak. Awalnya kendaraan masih bisa dinaiki dengan berboncengan, namun baru beberapa ratus meter, jalanan semakin menanjak dan batu-batu semakin tidak teratur sehingga saya turun dari motor dan ikut mendorong dari belakang.
Kira-kira perjalanan 1,5 km jalanan menanjak semakin tajam, bahkan motor yang dikendarai Adhi tanpa berboncengan saja sampai hampir tidak kuat untuk menanjak.
Motor sempat mogok sekitar setengah jam karena kelebihan bensin dan 'masuk angin'. Kami terpaksa harus memperbaikinya dulu dengan membuang bensin dan 'angin' yang berlebihan di karburator.
Setelah berhasil dihidupkan, perjalanan dilanjutkan lagi dengan kondisi jalan yang tetap menanjak.
Akhirnya kami tiba di sebuah desa berketinggian sekitar 900 meter dpl. Di sini kami istirahat sejenak sambil berbincang dengan penduduk setempat. Menurut seorang penduduk, perjalanan ke depan akan semakin berat dan untuk mencapai pabrik teh Kaliboja masih harus menempuh perjalanan 3 km lagi.
Tapi tekad kami sudah bulat, untuk menyelesaikan survey ini. Kemudian kami berangkat lagi dengan posisi Adhi tetap mengendarai motornya sementara saya berjalan kaki. Saya merasakan walaupun saya berjalan di jalan bebatuan, namun kondisi alam sekitar sungguh indah dan udara sangat sejuk sehingga track yang terjal ini menjadi tidak terasa berat untuk dilalui. Altimeter yang saya bawa menunjukkan ketinggian 1100 meter dpl.
Mendekati puncak tertinggi dari apa yang harus kami lalui, jalanan agak landai namun batu-batu mulai menghilang dan berganti dengan tanah liat yang licin. Dari sini jalanan mulai menurun terus, namun saya lebih memilih untuk turun dan berjalan kaki karena motor yang dikendarai Adhi bisa terpeleset-peleset sendiri.
Setelah sampai di bawah kami bertemu sebuah desa lagi, dan dari desa ini sampai ke pabrik teh Kaliboja jalanan sangat bagus, kondisi udara di desa ini juga sangat nyaman dan segar. Akhirnya kami tiba di pabrik teh Kaliboja. Di sini kami berhenti sejenak untuk mencatat jarak perjalanan kami. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke kota Kalibening yang berjarak 4 km dari Kaliboja.
Dari catatan kami, perjalanan dari Lebak Barang sampai Kaliboja menempuh jarak 12 Km dan bila sampai ke Kalibening berarti 16 km.
Sebetulnya track ini sangat cocok untuk SUPER LONG dengan syarat tidak bawa mobil sendiri.

Senin, 01 Februari 2010

Jolotigo-Ganesha Adventure Run

Satu lagi track menantang telah dicoba oleh Adventure H3 Pekalongan. Kali ini kita melintasi 3 (tiga) run site medium, tetapi dijadikan satu track, menjadi Super Long Run.
Berkumpul di depan rumah Hash Master mulai pukul 05.00, selanjutnya kami sebanyak 20 orang hasher menuju ke desa Doro dan naik ke desa Jolotigo di sebelah bawah pabrik teh Jolotigo.
Dengan menggunakan 4 (empat) buah mobil, kami tiba dan parkir di halaman sekolah SD Negri. Setelah persiapan selesai. Pukul 07.00 para hasher mulai On-On.
Kami langsung dihadapkan pada track yang menanjak. Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, track mulai mendatar dan para hasher melewati pematang-pematang sawah yang tanahnya sangat gembur. Di sini sdri. Leny terpeleset dan masuk ke tengah sawah yang baru di tanahnya olah, karena terlalu liatnya sampai-sampai harus ditarik untuk dibangunkan. Setelah melewati pematang-pematang sawah yang cukup panjang, sampailah kami di desa Purbo. Ketika melewati desa ini, para penduduk sedang kebaktian di gereja Kristen jawa yang ada di desa ini.
Setelah para hasher berkumpul semua, kami melanjutkan jalan kembali. Disinilah track menantang mulai kami rasakan. Kami mulai memasuki wilayah hutan dan perjalanan terus menanjak menuju satu bukit di depan kami. Sampai di puncak bukit tersebut track langsung turun dengan curam. Sampai-sampai pak Pur terpeleset dan jatuh terduduk. Samar-samar mulai terdengar suara air yang cukup deras. Sesampai di bagian bawah, kami dihadapkan dengan sungai berbatu yang cukup deras airnya.
Para hasher sebagian besar melepas sepatu agar tidak basah, dan kami mulai menyeberangi sungai dengan hati-hati. Setelah semua menyeberangi sungai, kami semua beristirahat untuk makan bekal yang dibawa.
Selesai makan, perjalanan dilanjutkan lagi. Ternyata setelah berjalan menanjak, kami tiba di arca Ganesha dekat curug Ganesha di desa silurah. Berarti ini merupakan track medium ketiga yang telah kami lalui setelah sebelumnya melewati perkebunan Jolotigo, desa Purbo dan curug Ganesha. Di sini sebagian hasher ingin melihat ke curug, dan sebagian lagi melepas lelah di dekat arca Ganesha.
Setelah semuanya berkumpul, perjalanan dilanjutkan ke desa Silurah. Di desa ini kami menemui pak Kasim yang telah beberapa kali memandu kita, bila kebetulan run ke curug Ganesha. Di rumah bapak Kasim, kami disuguhi minuman teh gula jawa sambil melepas lelah. Beberapa hasher mulai terlihat kelelahan, seperti Asiong dan Risty seorang mahasiswi Unikal yang diajak oleh pak Pur.
Perjalanan pulang akhirnya dimulai, pak Kasim sempat memandu kita sampai kita mulai memasuki area hutan kembali. Track terus menurun cukup curam, namun disini kami sempat nyasar sehingga diputuskan untuk naik kembali. Setelah bertemu dengan jalan setapak lain, kami mulai turun lagi. Terus turun sampai akhirnya tiba di sungai yang sebelumnya telah diseberangi namun dari sisi yang berbeda. Kembali sebagian hasher mencopot sepatu agar tidak basah dan menyeberangi sungai dengan hati-hati.
Sesampai di seberang, sepatu dipakai lagi. Namun sdr. Thay Ran menyempatkan diri untuk mandi di sungai yang airnya jernih ini. Ada 4 orang yang menunggu terakhir di sini. Setelah siap, kami berangkat. Namun ternyata rombongan depan sudah cukup jauh meninggalkan kami padahal rombongan depan dan pemandu tidak membawa kertas tabur.
Kami berempat sempat kebingungan mencari jalan karena ada dua jalan, yang satu belok kekanan menyeberangi sungai kecil, dan yang lain lurus dan naik. Setelah sempat marah2 akhirnya kami berempat memutuskan berbelok ke kanan menyeberangi sungai kecil dan mengikuti saluran irigasi.
Di perjalanan ini kembali track menantang kami lalui, sebelah kiri ada air irigasi, sebelah kanan menganga jurang yang sangat dalam yang rimbun dengan semak belukarnya. Dengan hati-hati kami berjalan di bagian atasnya karena tanah cukup licin. Setelah beberapa saat berjalan, kami bertemu dengan pepohonan bambu yang menutupi jalan. Akhirnya kami semua masuk ke saluran irigasi tersebut dan berjalan di air. Sepatu yang sebelumnya dicoba diselamatkan dari basah akhirnya harus basah juga.
Sungguh pengalaman yang langka berjalan di air irigasi yang cukup deras di tengah-tengah rimbunnya hutan belantara. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami rombongan bagian belakang mendengar suara para hasher lain yang ternyata juga kebingungan menunggu kami.
Dari sini kami keluar dari saluran irigasi dan berjalan menanjak menuju ke suatu bukit. Perjalanan yang sangat melelahkan ini akhirnya sampai di puncak bukit, dan track mulai turun kembali. Disini mulai terdengar suara-suara sapi dan anjing yang menggonggong. Setelah turun selama beberapa puluh menit, akhirnya kami sampai kembali di desa Purbo dari arah yang berbeda.
Tanpa beristirahat lagi perjalanan dilanjutkan ke desa Jolotigo, kurang lebih 1 jam perjalanan. Disini kami melalui jalan desa berbatu yang cukup lebar, namun karena sudah mulai kelelahan kami berjalan semakin lambat.
Akhirnya pukul 15.30, semua hasher berhasil sampai kembali di halaman sekolah tempat mobil diparkir. Kami semua beristirahat sejenak sambil makan buah manggis dan pisang sebelum akhirnya kembali ke Pekalongan. Kami telah berjalan selama 8,5 (delapan setengah) jam dengan beberapa kali istirahat. Namun para hasher yang ikut kali ini memang para Adventure sejati.
Salam On-ON.

Jumat, 28 Agustus 2009

Blimbing Run

2 Agustus 2009
Blimbing Run merupakan short dan medium Run. Kita bisa memilih untuk ikut short bagi para hasher baru atau yang medium untuk hasher yang sudah terlatih. Setelah berkendaraan kurang lebih 6 km dari kota Karang Anyar,kami tiba di run site.
Tidak seperti biasanya, udara pagi ini terasa sangat dingin sehingga beberapa peserta tampak
menyilangkan tangan di depan dada.
Run dimulai pukul 07.15. Jajaran rapat pohon karet tampak disekeliling track yang kami lalui. Setelah berjalan kurang lebih 3 km, kami memasuki daerah penghijauan tanaman karet. Di sini sinar matahari terasa hangat karena tanaman karetnya masih kecil-kecil. Dari sini peserta dibagi dua: untuk rute short langsung kembali ke lokasi parkir mobil dengan jarak 2 km dan untuk medium melanjutkan perjalanan dengan jarak 4 km dengan kondisi jalan mendaki perbukitan dan melewati perkebunan durian milik penduduk yang tampak mulai besar buah-buahnya.
Hangatnya sinar matahari ditambah udara pegunungan yang sejuk menjadikan para hasher bersemangat untuk segera sampai ke finish. Tercatat peserta medium run yang finish terakhir masuk pk. 10.15 yang berarti 3 jam perjalanan. Semua peserta tampak gembira ditambah lagi acara makan barsama pagi itu 1 porsi garang asem daging ditambah 2 butir telur ayam besar dan kecil dengan penutup buah semangka merah yang manis. Betul-betul hari yang manis untuk semua peserta. Terima kasih kepada keluarga Pak Purwanto yang telah menyumbangkan makanannya pada run kali ini.

Rabu, 08 Juli 2009

(20 Juni 2009)
Tanggal 20 - 22 Juni lalu, ada 7 (tujuh) orang dari anggota Adventure mengikuti even "mendaki gunung Lawu" yang diselenggarakan oleh Malioboro H3.
Rombongan terdiri dari: Sdr. Tek Ming (Hash Master) dan istri (Sdri. Lilis), Pak Purwanto (Hash Bank), Sdri. Erje, Sdr. Hary (On Sec) dan anaknya (Katrin) serta Pak Suryo.
Berangkat dari Pekalongan hari Sabtu jam 7 pagi, kami sebelumnya sarapan dahulu di batang. Perjalanan dilakukan langsung menuju ke tawangmangu dengan driver Pak Pur.
Sebelum memasuki tawangmangu, kami mampir di candi Sukuh; sebuah candi yang unik karena menggambarkan lingga dan yoni serta alat reproduksi manusia. Saat itu bagian depan candi sedang di renovasi. Selama di candi ini kami ditemani oleh petugas dari pos wisata yang menerangkan segala hal tentang sejarah candi Sukuh.
Pukul setengah lima, perjalanan kami lanjutkan langsung menuju sarangan, sebuah tempat wisata dengan sebuah telaga ditengahnya.
Di sarangan, kami disambut Malioboro H3 Yogyakarta selaku tuan rumah di Telaga Mas International Hotel, hotel yang cukup mewah yang terletak di tepi telaga.
Setelah mendapat kamar, kami mencoba untuk beristirahat meskipun susah untuk beristirahat pada jam 5 sore.
Makan malam dilaksanakan pukul 18.30. Setelah makan, kami mencoba lagi untuk istirahat, karena rencana berangkat menuju basecamp pada pukul 24.00.
Mungkin karena pindah tempat, atau hawa yang dingin, sehingga pak Suryo tidak bisa memejamkan mata sedikitpun; dan tentu ini akan sangat mempengaruhi kondisi fisiknya nanti.
Pukul setengah satu pagi, kami baru berangkat menuju basecamp. Dan pukul 01.00 kami mulai On-On. Rombongan yang awalnya konon berjumlah sampai 39 orang malah menyusut menjadi hanya 23 orang. Itupun tujuh orang adalah rombongan Pekalongan.
Pendakian yang rencananya melalui Pos Jawa Timur (Cemoro Sewu), oleh panitia dirubah melalui Pos Jawa Tengah (Cemoro Kandang) karena jalur Comoro Kandang lebih landai. Namun jalur ini ternyata cukup melelahkan karena sangat panjang ditambah kami tidak membawa bekal makanan yang cukup serta udara dingin yang mencapai 10 derajat Celcius.
Ada 3 puncak yang terdapat di gunung lawu. Pak Suryo, Sdr. Hary dan Katrin hanya sampai ke puncak ketiga yaitu Puncak Cokro Suryo (3025 dpl). Sdri. Lilis dan rombongan Malioboro sampai ke puncak kedua yaitu Puncak Argo Dalem (3170 dpl). Dan Sdr. Tek Ming, Pak Pur dan Sdri Erje berhasil sampai ke puncak tertinggi yaitu Puncak Argo Dumilah (3263 dpl).
Akhirnya kami berdelapan sepakat, suatu saat kelak Adventure H3 Pekalongan harus mengadakan pendakian sendiri ke Lawu